Pentingnya penggunaan bahasa dalam kehidupan bermasyarakat

Leave a comment

Manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk yang tidak dapat hidup sendiri atau individu. Manusia sangat membutuhkan manusia lain dalam menjalankan aktivitas. Salah satu contoh penggunaan bahasa yaitu komunikasi dengan orang lain.

Kamus Besar Bahasa Indonesia secara terminology mengartikan bahasa sebagai  sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri. Gorys Keraf (1994:1) memberikan pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal dan arti atau makna. Bahasa sebagai bunyi vokal berarti sesuatu yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berupa bunyi yang merupakan getaran yang merangsang alat pendengar. Sedangkan bahasa sebagai arti atau makna berarti isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan orang lain.

Sementara fungsi bahasa menurut Mahmudah dan Ramlan (2007:2-3) adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat Indonesia. Bahsa juga menunjukkan perbedaan antara satu penutur dengan penutur lainnya, tetapi masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan sehingga mampu menyesuaikan dengan adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat. Selain itu, fungsi bahasa juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan, kemauan bahkan dapat melambangkan tingkah laku seseorang.

Kesimpulan adalah bahasa berfungsi untuk berkomunikasi. Tanpa adanya bahasa didalam kehidupan bermasyarakat, maka kita akan sulit untuk menyampaikan maksud dalam melakukan suatu tindakan. Baik itu secara langsung melalui ucapan yang keluar dari ucapan kita, ataupun tulisan yang kita tulis untuk disampaikan.

Benarkah bahasa mempengaruhi kehidupan Manusia ?

Bila dikatakan apakah bahasa sangat mempengaruhi kehidupan manusia? Tentu saja sangat berpengaruh. Ini dikarenakan fungsi dari bahasa itu sendiri yang memiliki arti dalam setiap penggunaanya. Dibawah ini Merupakan beberapa fungsi bahasa menurut para ahli :

Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.

Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.

Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).

Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.  Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).

Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).

Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.

Kalimat

Leave a comment

 Pendahuluan

Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain karena perantaraan kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (mis.tida) dan frasa atau kelompok kata (mis. Tidak tahu).  Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek dan predikat dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.

Unsur Kalimat

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku – buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kita disebut peran kata yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (pel)  dan keterangan (ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang – kurangnya terdiri atas dua unsure, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir. Pengisi S, P, O, pel, ket dalam kalimat tidak hanya berupa kata tetapi dapat juga berupa frasa. Contoh kalimat S, P, O, pel, ket dalam bentuk frasa yaitu pembawa acara yang  kocak (itu).

(S) Pembawa acara yang kocak itu // pembeli //  bunga

S                                  P                 O

(P) Indra // (adalah) Pembawa acara yang kocak itu

S                                      P

(O) Madonna // menelepon // Pembawa acara yang kocak itu

S                   P                                            O

(Pel) pesulap itu // menjadi // Pembawa acara yang kocak itu

S                      P                                  Pel

(Ket) Si Fulan // pergi // dengan membawa acaraa yang kocak itu

S              P                                       Ket

Predikat

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang member tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana S (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Predikat dapat berupa frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Contoh sebagai berikut  :

(1)   Kuda meringkik

Memberitahu perbuatan kuda

(2)   Ibu sedang tidur siang

Memberitahu tindakan ibu

(3)   Putrinya cantik jelita

Memberitahu keadaan putrinya

(4)   Kota Jakarta dalam keadaan aman

Memberitahu keadaan kota jakarta

(5)   Kucingku belang tiga

Memberitahu cirri kucingku

Subjek

Subjek (S) adalah bagian yang menunjukan pelaku, tokoh atau benda, sesuatu hal atau suatu masalah yang menjadi pangkal / pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata / frasa benda, klausa atau frasa verbal. Untuk lebih jelas lihat contoh dibawah ini :

(1)   Ayahku sedang melukis

(2)   Meja direktur besar

(3)   Yang berbaju batik dosen saya

Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S harus selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak).

Objek

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu dibelakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O seperti contoh dibawah ini

a. Nurul menimang

b. Arsitek merancang

contoh diatas predikat menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P bagi kedua kalimat itulah yang dinamakan objek.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh dibawah ini :

  1. Serena  mengalahkan Angeli (O)

b. Angeli (S) dikalahkan oleh serena

Pelengkap

Pelangkap adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak pelangkap di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi pel dan O juga sama yaitu berupa nomina, frasa nominal atau klausa. Namun antara Pel dan O terdapat perbedaan.

Perhatikan contoh dibawah ini :

  1. Ketua MPR // membacakan // pancasila.

S                    P                           O

Pancasila // dibacakan // oleh Ketua MPR. ( Kalimat pasif ).

S                     P                           O

Keterangan

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimata yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lain. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O dan Pel. Posisi bersifat manasuka, dapat diawal, ditengah, atau diakhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preposional, adverbia, atau klausa. Para ahli membagi keterangan atas sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera dalam contoh dibawah ini. Bagian yang dicetak tebal adalah Keterangan.

  1. Sekertaris itu mengambilkan atasannya air minum dari kulkas. (ket. Tempat)
  2. Rustam Lubis sekarang sedang belajar. (ket. Waktu)
  3. Lia memotong roti dengan pisau. (ket. Alat)
  4. Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya. (ket. Tujuan)
  5. Polisi itu menyelidiki maslah itu dengan hati-hati. (ket. Cara)
  6. Amir Burhan pergi dengan teman-teman sekantornya. (ket. Penyertaan)
  7. Mahasiswa hukum itu berdebat bagaikan pengacara. (ket. Similatif)
  8. Karena malas belajar, mahasiswa itu tidak lulus. (ket. Penyebaban)
  9. Murid-murid TK berpegangan satu sama lain. (ket. Kesalingan)

Pola Kalimat Dasar

Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan atau patron untuk membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat yang dibentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S, P, O, Pel, Ket. Sejalan dengan batasan bahwa struktur kalimat minimal S-P, sedangkan O,Pel,Ket merupakan tambahan yang berfungsi melengkapi dan memperjelas arti kalimat, maka pola kalimat dasar yang paling sederhana adalah yang bertipe S-P, dan yang paling kompleks adalah yang tipe S-P-O-Ket.

  • Kalimat Dasar Tipe S-P

Dalam kalimatt bertipe S-P, verba intransitif atau frasa verbal lazim sebagai pengisi P. Akan tetapi, adda pula pengisi P itu berupa nomina, adjektiva, frasa nominal, dan frasa adjektival.

  • Kalimat Dasar Tipe S-P-O

Predikat dalam kalimat bertipe S-P-O diisi oleh verba transitif yang memerlikan dua pendamping, yakni S (disebelah kiri) dan O (disebelah kanan). Jika kedua pendamping itu tidak hadir, kalimat itu tidak grramatikal.

  • Kalimat Dasar Tipe S-P-Pel

Seperti halnya kalimat bertipe S-P-O, kalimat tipe S-P-Pel mempunyai P yang memerlukan dua pendamping, yakni S (disebelah kiri) dan Pel (disebelah kanan).

  • Kalimat Dasar Tipe S-P-Ket

Predikat kalimat bertipe S-P-Ket menghendaki dua pendamping yang berupa S (disebelah kiri) dan Ket (disebelah kanan).

  • Kalimat Dasar Tipe S-P-O-Pel

Predikat kalimat tipe S-P-O-Pel menurut kehadiran tiga pendamping agar konstruksinya menjadi gramatikal. Pendamping yang dimaksud adalah S (disebelah kiri) O dan Pel (disebelah kanan).

Kalimat Dasar Tipe S-P-O-Ket

  • Ada tiga pendamping yang diperlukan oleh P dalam tipe S-P-O-Ket yakni S (di sebelah kiri),O dan Ket (di sebelah kanan).

Contoh:

Melanie memasukkan bungkusan itu ke dalam mobil.

S                      P                      O                  Ket

  • Dari tipe kalimat dasar satuan bentuk yang mengisi unsur S,P,O,Pel,Ket bukan hanya kata, melainkan juga frasa dan klausa.

Contoh:

Kalimat Kata Frasa klausa
Melanie memasukkan bungkusan itu ke dalam mobil. Melanie;memasukkan Bungkusan itu;Ke dalam mobil Memasukkan bungkusan itu ke dalam mobil

Jenis Kalimat

Kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis:

  1. Jumlah klausa pembentuk
  2. Fungsi isi
  3. Kelengkapan unsure
  4. Susunan subjek predikat
  • Menurut jumlah klausa pembentuknya dapat dibedakan menjadi dua:
    • Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya, kalimat tunggal dapat diberi nama sesuai dengan p-nya masing-masing.

Contoh:

  1. Kami mahasiswa Indonesia. (kalimat nominal)
  2. Jawaban anak pintar itu sangat tepat. (kalimat adjektifal)
  3. Sapi-sapi sedang merumput. (kalimat verbal).
  4. Mobil orang kaya itu ada delapan. (kalimat numeral)
  • Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal.

Contoh:

  1. Seorang manajer harus mempunyai wawasan yang luas

S                          P                             O1

dan harus menjunjung tunggi etika profesi.

P2                      O2

  1. Anak-anak bermain layang-layang di halaman kampus

S1            P1              O1                     Ket

ketika para dosen, karyawan, dan mahasiswa menikmati hari libur.

S2                                   P2              O2

TABEL 10

PENGHUBUNG KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK SETARA

JENIS HUBUNGAN FUNGSI KATA PENGHUBUNG
  1. Penjumlahan
  1. Pertentangan
  1. Pemilihan
  1. Penrurutan
Menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa dan prosesMenyatakan apa  yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa keduaMenyatakan pilihan di antara dua kemungkinan

Menyatakan kejadian yang berurutan

Dan, serta, baik, maupunTetapi, sedangkan, bukanya, melainkanAtau

Lalu, kemudian

Contoh kalimat majemuk setara:

  1. Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya.
  2. Yusril rajin membaca, baik sewaktu menjadi mahasiswa, maupun setelah bekerja

Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat derajat klausa pembentuknya tidak setara karena klausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Karena itu konjungtor yang menghubungkan klausa-klausa kalimat majemuk bertingkat juga berbeda dengan kalimat konjungtor setara.

TABEL 11

PENGHUBUNG ANTARKLAUSA KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT

JENIS HUBUNGAN FUNGSI KATAPENGHUBUNG
  1. Waktu
  1. Syarat/ Pengandaian
  1. Tujuan
  1. Konsesif
  1. Perbandingan
  1. Penyebaban
  1. Pengakibatan
  1. Cara
  1. Kesetaraan
menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utamamenyatakan syarat atau pengandaian terlaksananya apa yang disebut dalam klausa pertamamenyatakan satu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama

memuat pernyataan yang tidak akan mengubah yang dinyatakan dalam klausa utama

memperlihatkan perbandingan antara pernyataan klausa utama dengan klausa bawahan

klausa bawahan menyatan alasan terjadinya sesuatu yang dinyatakan dalam klausa utama

klausa bawahan menyatakan akibat dari apa yang dinyatakan Klausa pertama

klausa bawahan menyatakan cara pelaksanaan dari pernyataan Klausa pertama

klausa bawahan menyatakan adanya kenyataan yang mirip dengan keadaan yang sebenarnya

Sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, kingga, sampaiJika(lau), seandainya, andaikata, andaikanasalkan, kalau, apabila, bilamana, manakalaAgar, supaya, untuk, biar

Walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun)

Seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih, ibarat

Sebab, karena, oleh karena

Sehingga, sampai(-sampai), maka

Dengan, tanpa

Seolah-olah, seakan-akan

 

 

 

 

 

JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA

Berdasarkan fungsi isi atau makna komunikatifnya kalimat dapat dibedakan atas empat macam, yaitu:

  1. KALIMAT BERITA (DEKLARATIF)

Adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk menyatakan suatu berita kepada mitra komunikasinya. Bentuk kalimat bersifat bebas yang penting isinya merupakan pemberitaan. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi menurun dan pada bahasa tulis kalimat bertanda baca akhir titik.

  1. KALIMAT TANYA (INTEROGATIF)

Adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk memperoleh informasi atau reaksi berupa jawaban yang diharapkan dari mitra komunikasinya. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir naik dan pada bahasa tulis kalimatnya diakhiri dengan tanda Tanya. Selain hadirnya tanda Tanya, hadir pula Tanya bagaimana, kapan, bilamana, dimana, yang mana, siapa, apa(kah).

Contoh Aplikasi Grafik Komputer dan Pengolahan Citra

Leave a comment

1.     Grafik Komputer

  • Desain

Dalam proses desain grafika komputer terutama digunakan pada sistem engineering dan arsitektur. Pada umumnya Computer Aided Design (CAD) digunakan untuk pembuatan desain mobil, bangunan, pesawat terbang, kapal, komputer, tekstil, dan lain-lain. Pada beberapa aplikasi desain, objek ditampilkan dalam bentuk wireframe, dimana diperlihatkan keseluruhan bentuk, dengan bentuk internal dari objek tersebut. Penggunaan wireframe bermanfaat bagi designer untuk melihat isi dari objek tersebut..

  • Grafik Presentasi

Bidang lain yang berhubungan dengan grafika komputer adalah grafik presentasi yang dapat berupa cetakan, slide, dan transparansi. Grafik presentasi biasanya digunakan untuk melengkapi laporan keuangan, sains, data ekonomi, dan lain-lain. Bentuk grafik presentasi tersebut adalah chart, bar chart, pie chart, dan lain-lain.

  • Computer Art

Metode grafika komputer digunakan dalam aplikasi commercial art dan fine art. Seniman menggunakan bermacam-macam perangkat lunak grafik, dan kadang dilengkapi dengan perangkat keras khusus. Contoh perangkat lunak yang digunakan yaitu Corel Draw, Adobe Photoshop, Adobe Ilustrator, Macromedia, dan sebagainya.

  • Film

Pada pembuatan film layar lebar, komputer banyak digunakan untuk menunjang proses pemodelan, visualisasi, dan editing. Misalnya dalam proses special effect, film animasi.

2.     Pengolahan citra

Secara umum operasi pengolahan citra dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis berikut :
1. Perbaikan Kualitas citra (image enhancement)
Jenis operasi ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan cara memanipulasi parameter-parameter citra. Dengan operasi ini ciri-ciri khusus yang terdapat pada citra lebih ditonjolkan.
Yang termasuk dalam klasifikasi ini antara lain:
a. Perbaikan kontras gelap / terang (contrast enhncement).
b. Perbaikan tepian objek (edge enhancement)
c. Penajaman (sharpening)
d. Pemberian warna semu (pseudocoloring)
e. Penyaringan derau (noise filtering)
2. Pemugaran Citra (image restoration)
Operasi ini bertujuan untuk menghilangkan / meminimumkan cacat pada citra Tujuan pemugaran citra hampir sama dengan perbaikan.
Yang termasuk dalam klasifikasi ini antara lain:
a. Penghilangan kesamaran (debluring).
Penghilangan derau (noise)

3. Pemampatan Citra(image compression)
Operasi ini bertujuan untuk memampatkan citra sehingga memori yang dibutuhkan untuk menyimpan citra lebih kecil, tetapi hasil citra yang telah dimampatkan tetap memiliki kualitas gambar yang bagus.
Contohnya adalah metode JPEG.
4. Segmentasi citra (image segmentation)
Operasi ini bertujuan untuk memecah suatu citra ke dalam beberapa segmen dengan suatu kriteria tertentu. Jenis operasi ini erat kaitannya dengan pengenalan pola.

5. Analisis citra (image analysis)
Operasi ini bertujuan untuk menghitung besaran kuantitatif citra untuk menghasilkan deskripsinya. Teknik analisis citra mengekstraksi ciri-ciri tertetntu yang membantu dalam identifikasi objek. Proses segmentasi kadangkala diperlukan untuk melokalisasi objek yang diinginkan dari sekelilingnya.
Yang termasuk dalam klasifikasi ini antara lain:
a. Pendeteksian tepian (edge detection).
b. Ekstraksi batas (boundary)
c. Representasi daerah (region)
6. Rekonstruksi citra (image reconstruction)
Operasi ini bertujuan untuk membentuk ulang objek dari beberapa citra hasil proyeksi. operasi rekonstruksi citra banyak digunakan dalam bidang medis.
Contohnya adalah foto rontgen dengan sinar X digunkan untuk membentuk ulang gambar organ tubuh.
Pengolahan citra mempunyai aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan kita antar lain :
1. Bidang Militer
a. Mengenali sasaran peluru kendali melalui sensor visual.
b. Mengidentifikasi pesawat musuh melalui radar.
c. Teropong malam hari (night vision)
2. Bidang Medis / Kedokteran
a. Mendeteksi retak/patah tulang dengan CT Scan.
b. Rekonstuksi foto janin (USG).
c. Mendeteksi kanker (kanker otak)
3. Bidang Biologi
Pengenalan jenis kromosom melalui gambar mikroskopis
4. Bidang Pendidikan
Pengolahan pendaftaran mahasiswa menggunakan scanner.
5. Bidang Geografi dan Geologi
a. Pemetaan batas wilayah melalui foto udara / Landsat.
b. Mengenali jenis dan bentuk lapisan batuan bawah permukaan bumi melalui rekonstruksi hasil seismik.
6. Bidang Kepolisian / Hukum
a. Pengelan pola sidik jari (finger print).
b. Rekonstruksi wajah pelaku kejahatan.
c. Pengenalan pola hasil uji balistik.
7. Bidang Perdagangan
a. Pembacaan barcode pada barang di swalayan.
Mengenali huruf / angka pada suatu formulir secara otomatis.
8. Bidang Hiburan
Pemampatan video (MPEG).
9. Komunikasi data
Pemampatan citra yang ditransmisi (Internet).

 

Bahasa sebagai Alat Komunikasi

Leave a comment

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).

Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.

Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.

Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri. 

Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar

Leave a comment

Bahasa  bukan sekedar alat komunikasi, bahasa itu bersistem. Oleh karena itu, berbahasa bukan sekedar berkomunikasi, berbahasa perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku.

Ungkapan “Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.” Kita tentu sudah sering mendengar dan membaca ungkapan tersebut. Permasalahannya adalah pengertian apa yang terbentuk dalam benak kita ketika mendengar ungkapan tersebut? Apakah sebenarnya ungkapan itu? Apakah yang dijadikan alat ukur (kriteria) bahasa yang baik? Apa pula alat ukur bahasa yang benar?

Bahasa yang Baik

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang dewasa tentu jauh berbeda.

Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang ingin disampaikannya kepada penerima pesan.

Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi pesan adalah permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan. Media pesan merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju. Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita, dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.

 

Bahasa yang Benar

Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa. Berkaitan dengan peraturan bahasa, ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu masalah tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis. Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan bahasa tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan mengalami kesulitan dalam bermain dengan bahasa.

Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek (1) tata bunyi (fonologi), (2)tata bahasa (kata dan kalimat), (3) kosa kata (termasuk istilah), (4), ejaan, dan (5) makna. Pada aspek tata bunyi, misalnya kita telah menerima bunyi f, v dan z. Oleh karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, motif, aktif, variabel, vitamin, devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip, pariabel, pitamin, depaluasi, jakat, ijin. Masalah lafal juga termasuk aspek tata bumi. Pelafalan yang benar adalah kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan komplek, tranmigrasi, ekspot.

Pada aspek tata bahasa, mengenai bentuk kata misalnya, bentuk yang benar adalah ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawaban, bukan obah, robah, rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung jawaban. Dari segi kalimat pernyataan di bawah ini tidak benar karena tidak mengandung subjek. Kalimat mandiri harus mempunyai subjek, predikat atau dan objek.

(1) Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah pria.

Jika kata pada yang mengawali pernyataan itu ditiadakan, unsur tabel di atas menjadi subjek. Dengan demikian, kalimat itu benar. Pada aspek kosa kata, kata-kata seperti bilang, kasih, entar dan udah lebih baik diganti dengan berkata/mengatakan, memberi, sebentar, dan sudah dalam penggunaan bahasa yang benar. Dalam hubungannya dengan peristilahan, istilah dampak (impact), bandar udara, keluaran (output), dan pajak tanah (land tax) dipilih sebagai istilah yang benar daripada istilah pengaruh, pelabuhan udara, hasil, dan pajak bumi. Dari segi ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, sistem, objek, jadwal, kualitas, dan hierarki. Dari segi maknanya, penggunaan bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya dalam bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata yang sifatnya konotatif (kiasan). Jadi penggunaan bahasa yang benar adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa.

Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau pembaca (jika tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita. Penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal, yaitu kalimat-kalimat yang memenuhi kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosa kata, istilah, dan ejaan. Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang efektif, yaitu kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat (Dendy Sugondo, 1999 : 21)..

Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran dalam hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa yang komunikatif tidak selalu hanus merupakan bahasa standar. Sebaliknya, penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar (Alwi dkk., 1998: 21)